Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, 1 Petrus 1:24
Pada tahun 2008, William Andregg mendirikan satu perusahaan rintisan (start-up) di ‘pusat kegerakan teknologi’ di Silicon Valley. Perusahaan itu bergerak di bidang teknologinano dan diberi nama Halcyon Molecular. Apa bisnis dari Halcyion? Menderetkan (sequence) genome manusia dalam 10 menit. Andregg percaya bahwa dengan teknologi itu perusahaan itu akan menemukan cara untuk manusia bisa hidup sampai, menurut kata-kata beliau, ‘jutaan, milyaran, bahkan ratusan milyar tahun’. Halcyon Molecular ditutup pada tahun 2012. Hanya bertahan 4 tahun, bukan 4 milyar tahun.
Dua boss Google, Sergey Brin and Larry Page, sudah menghabiskan jutaan dollar di perusahaan mereka bernama Calico, untuk menemukan cara mengalahkan kematian. Ada lagi milyuner Rusia bernama Dmitry Itskov. Beliau menggagas 2045 Initiative, suatu upaya untuk membuat manusia hidup abadi pada tahun 2045. Begitulah para jutawan teknologi ini berupaya untuk bisa hidup kekal. Mereka merasa memiliki ilmu dan uang yang cukup untuk mewujudkan keinginan mereka ini dalam waktu tidak lama lagi. Lalu datanglah satu makhluk kecil tak terlihat bernama Corona di kota Wuhan yang membangunkan mereka dari mimpi mereka itu.
Saudara harus tahu bahwa saya berdoa dan saya yakin flu Corona itu akan teratasi, seperti yang terjadi pada flu SARS dan yang lain-lainnya. Jadi, saya tidak mengatakan bahwa virus ini tidak bisa diatasi. Tetapi yang saya ingin tunjukkan adalah satu hal yang nyata melalui kasus flu Corona ini: hancurnya ilusi kehebatan manusia. Manusia mencatat pencapaian yang luar biasa dalam berbagai bidang, tetapi dari waktu ke waktu, manusia juga diingatkan betapa lemahnya dia.
Ukuran virus Corona diperkirakan sekitar 0.1 mikron karena dia adalah sejenis dengan virus flu SARS yang ukurannya 0.1 mikron. Berapa besarnya 1 mikron? Satu mikron adalah 1 meter dibagi 1 juta. Jadi ukuran virus ini adalah 1 meter dibagi 10 juta. Tak terlihat secara kasat mata.
Akibat dari virus ini, penerbangan, hotel, restoran dan berbagai jenis usaha mengalami kerugian besar-besaran. Harga saham berguguran. Disneyland Hong Kong dan Shanghai ditutup. Turis Tiongkok berhenti datang ke berbagai negara. Ekonomi dunia terkena dampak karena pabrik dunia adalah Tiongkok.
Pada tgl 31 Januari 2020, pemerintah AS melarang pengunjung dari daratan Tiongkok untuk masuk ke AS. Sampai dengan tanggal 3 Februari 2020, di Amerika Serikat ada 11 orang yang positif tertular flu Corona. Banyak? Tidak. Tetapi begitu besar ketakutan dan kepanikan yang melanda negara-negara di dunia sehingga mereka ramai-ramai melarang masuknya pengunjung dari Tiongkok masuk ke negara mereka. Tindakan rasis melanda orang-orang Tionghoa di berbagai tempat di dunia.
Ini adalah akibat dari satu penyakit flu yang terkena ke sekitar 25 ribu orang (99% di Tiongkok) per tgl 5 Februai 2020, dengan tingkat kematian sekitar 2% (bandingkan dengan flu SARS yang tingkat kematiannya sekitar 10%). Bagaimana kalau penyakit ini sampai kena ke jutaan orang? Seperti apa kekacauan dunia ini? Tentu orang bisa berkata begini: justru karena kepanikan luar biasa ini, maka penyakit ini jadi terkendalikan.
Menurut saya tidak demikian. Penyakit ini terkendali justru karena beberapa orang yang dengan tenang berupaya mencari obat untuk penyakit ini. Kepanikan tidak pernah menghasilkan sesuatu. Kepanikan selalu membawa kekacauan.
Kembali ke Firman Tuhan: 1 Petrus 1:24: Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, Kehebatan dan kejayaan manusia adalah seperti rumput yang hanya bertahan, ibaratnya, 1 hari saja. Pagi segar, sore sudah layu. Apa yang bisa dibanggakan dari hal demikian?
Bertrand Russel, filsuf brilyan dari Inggris yang sangat anti Kristen, berkata dengan nada suram:
“Hidup manusia adalah perjalanan panjang melewati malam, dikepung oleh musuh-musuh yang tidak terlihat, disiksa oleh kesakitan dan kecapaian, menuju ke satu tujuan yang sedikit orang bisa berharap untuk mencapainya dan dimana tak seorangpun bisa bertahan lama. Satu demi satu, sementara berjalan, teman-teman kita menghilang dari pandangan kita, ditangkap oleh perintah yang senyap dari kematian yang maha kuasa.” Itu adalah kata-kata dari manusia tanpa harapan.
Tetapi Petrus melanjutkan kata-katanya dengan nada kemenangan: 1 Pet 1:25: tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Amin!
Yang tidak akan mati, tidak akan hilang, terus ada sampai selama-lamanya ternyata adalah sesuatu yang ditertawakan dan tidak dianggap oleh para boss besar teknologi dunia: Firman Tuhan.
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.