8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. 9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati… (2 Kor 1:8-9)
Pdt Jarrid Wilson.
Saudara, saya yakin, tidak kenal hamba Tuhan ini. Saya juga tidak kenal beliau, tidak pernah mendengar namanya. Sampai dia masuk berita karena bunuh diri hari Senin lalu (9 Sep), pada usia 30 tahun, meninggalkan istri dengan 2 anak kecil. Mendengar berita orang meninggal dalam usia muda selalu mengagetkan. Mendengar berita orang meninggal bunuh diri lebih mengagetkan. Mendengar berita pendeta meninggal bunuh diri? Seperti mendengar halilintar di siang hari bolong.
Seorang pendeta yang, setiap hari Minggu (atau bahkan hari lain), selalu menyampaikan kabar pengharapan kepada orang lain, ternyata bisa kehilangan pengharapan, sampai memilih mati. Seorang pendeta yang, setiap kali berbicara, selalu menguatkan orang lain, ternyata bisa kehilangan kekuatan sampai melakukan satu tindakan yang begitu tragis, bunuh diri.
WHYYY??? Untuk sesaat, kita kehilangan kata… Sebenarnya, pergumulan kejiwaan seorang hamba Tuhan bukanlah hal yang baru. Rasul Paulus sendiri menceritakan pergumulannya dalam surat-suratnya yang bisa kita baca di Perjanjian Baru, terutama di 2 Korintus. Satu kutipan di atas sudah cukup untuk menggambarkan penderitaannya.
Jadi, seorang hamba Tuhan sama sekali tidak kebal dari depresi, perasaan frustrasi, stress, rasa tidak berdaya, bahkan rasa ingin mati. Bukan hanya hamba Tuhan kecil tanpa nama, tapi juga mereka yang berjaya dan tercatat di halaman Kitab Suci. Nabi Musa, sang pembebas Israel dari perbudakan, begitu frustrasi sampai meminta Tuhan membunuh dia saja di Bilangan 11. Nabi Elia, sang nabi yang berapi-api, juga depresi sampai ingin mati ketika dia lari ke Gunung Horeb.
Jarrid Wilson sudah lama bergumul dengan gangguan depresi. Dia sampai mendirikan satu pelayanan untuk menolong orang-orang yang bergumul dengan depresi, keinginan bunuh diri, kecemasan, dan kecanduan. Nama pelayanan itu adalah The Anthem of Hope (Nyanyian Pengharapan). Tapi dia sendiri akhirnya kehilangan pengharapan. Setiap tahun, lebih dari 800.000 orang mati bunuh diri. Artinya, secara rata-rata, setiap 40 detik pasti ada 1 orang yang mati bunuh diri. Sementara saudara membaca artikel ini, 1 orang sudah mati karena bunuh diri.
Saya pernah mengalami depresi beberapa kali. Saya tahu seperti apa rasanya kekosongan dalam hidup. Depresi saya mungkin tidak separah Jarrid karena saya tidak pernah terpikir untuk bunuh diri. Saya hanya merasa bahwa Jarrid tidak seharusnya mengambil jalan demikian.
Paulus menceritakan betapa berat penderitaannya di 2 Korintus, tetapi dia juga menceritakan tentang ketekunannya. 8. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Kor 4:8-9) Dari mana datangnya kekuatan ini?
2 Kor 1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. 10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,
Satu: Karena adanya keyakinan bahwa semua ini ada tujuannya; bahwa semua penderitaan ini bukan penderitaan yang sia-sia. Apa tujuannya? Ayat 9: supaya kita jangan percaya kepada manusia, bahkan diri sendiri, tetapi percaya kepada Allah. Kuasa Allah begitu luar biasa sehingga sanggup membangkitkan orang mati.
Dua: Karena adanya pengharapan bahwa Tuhan pasti akan menolong (ayat 10). Mungkin tidak sekarang, tetapi suatu hari pertolongan pasti akan datang.
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.