Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa.
Ada dua berita tentang kerajaan selama satu bulan terakhir ini. Berita pertama: Pangeran Harry dari Kerajaan Inggris baru saja punya bayi. Kelahiran bayi ini disambut dengan meriah karena yang lahir adalah dari keluarga kerajaan. Ratu Inggris saat ini, Elizabeth II, sudah berumur 93 tahun. Nanti kalau beliau dipanggil Tuhan, maka Pangeran Charles akan menggantikan beliau sebagai Raja Inggris. Berita kedua: Kaisar Akihito dari Jepang turun tahta dan digantikan oleh anaknya, Kaisar Naruhito. Baik ratu/raja Inggris maupun kaisar Jepang adalah raja/ratu/kaisar secara simbolik. Mereka memang duduk di tahta, tapi tidak memerintah. Bertahta dan memerintah adalah dua hal yang berbeda. Bertahta adalah simbol, tetapi memerintah adalah kuasa. Jadi, dengan segala hormat, kaisar Jepang, ratu Inggris, raja Belanda atau raja Spanyol (dan yang serupa itu) bukanlah raja atau ratu atau kaisar dalam arti sepenuh-penuhnya. Mereka tidak memiliki kuasa, terutama dalam hal menjalankan pemerintahan. Kerajaan selalu berkaitan dengan kuasa. Ada kuasa ada kerajaan. Prinsip ini juga berlaku di Kerajaan Allah, seperti dinyatakan oleh Rasul Paulus yang kita kutip di atas. Kerajaan Allah, kata Rasul Paulus, bukan cuma ‘omdo’ alias omong doang. Kerajaan Allah memiliki kuasa. Ada dimana kuasa itu? Ada pada pribadi Roh Kudus: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,…” (Kis 1:8) Jadi, apabila kita menerima Roh Kudus dan mengalami baptisan Roh Kudus, kuasa turun atas diri kita. Tetapi kuasa itu tidak langsung aktif. Sama seperti kalau rumah saudara dipasangi listrik bukan berarti otomatis lampu langsung nyala semua. Saudara tetap perlu saklar untuk mematikan atau menyalakan lampu. Demikian juga dengan kuasa Roh Kuasa. Kuasa ini juga perlu ‘saklar’ supaya dia bisa aktif dan bekerja. Apa ‘saklar’ dari kuasa Roh Kudus ini? Ada dua: KETAATAN dan KEKUDUSAN. KETAATAN Ketaatan adalah seperti kata jorok. Kita tidak suka mendengarnya; kita tidak suka orang lain mengucapkannya. Sebab ketaatan terkesan membatasi dan menghalangi. Jadinya anti kebebasan. Padahal semua kita maunya bebas! Bebas melakukan apa yang kita mau. Kita tidak suka siapapun juga, entah itu orang tua, pendeta, guru, untuk memberitahu kita apa yang harus kita lakukan, dan kita harus mentaati mereka. Tapi hidup tidak bisa berjalan tanpa ketaatan. Kita harus mentaati aturan soal listrik. Kita dilarang memegang kabel telanjang atau ujung besi dari colokan listrik. Kita taat. Karena kalau kita tidak taat, kita mati.
Saudara hari ini bisa tiba di gereja karena yang menyetir mobil atau motor taat pada aturan lalu lintas. Coba saja menyetir melawan arus di jalan tol. Tidak akan pernah tiba di tujuan. Jadi, ketaatan adalah fakta kehidupan dan bagian dari kehidupan. Dari ketaatan, kuasa Roh Kudus akan mengalir dengan lancar. KEKUDUSAN Alkitab dengan berani menyatakan bahwa orang yang berseru kepada Yesus adalah orang kudus. 1 Kor 1:2: kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Jadi menurut Alkitab, kita dikuduskan atau dibuat kudus, dan kita disebut orang-orang kudus. Maka kita harus hidup dalam kekudusan. Kekudusan bukanlah meninggalkan segala-galanya lalu pergi bertapa di hutan selama 50 tahun. Kekudusan bukanlah berdiam di gereja pakai baju putih sambil main kecapi. Kekudusan bukanlah berjalan setengah melayang saking kudusnya. Kekudusan adalah hidup sehari-hari sesuai dengan perintah Allah. Jadi, kekudusan terkait erat sekali dengan ketaatan. Jagalah bagian terpenting dalam kekudusan, yaitu pikiran kita. Semua dosa dan kecemaran selalu muncul pertama kali di pikiran. Dari situ, dia menjadi perbuatan. Jagalah pikiran kita dengan menjaga 2 gerbang utama pikiran kita, yaitu mata dan telinga. Hati-hati dengan apa yang kita lihat dan dengar. Kalau itu tidak kudus, kita harus menolak hal tersebut. Ketika kita hidup dalam ketaatan dan kekudusan, kuasa Roh Kudus akan bekerja dengan leluasa dalam hidup kita.
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.