Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kej 22:2)
Clarence Jackson menang lotere pada bulan Oktober 1995. Jumlah kemenangannya adalah US$ 5.8 juta alias sekitar Rp 81 milyar. Jumlah uang yang sangat amat banyak.
Masalahnya adalah Clarence lupa memeriksa tiket lotere miliknya, sehingga dia tidak tahu bahwa dia menang. Sampai bulan Oktober 1996, satu tahun kemudian. Pada jam 23.15 tengah malam, adik perempuannya menelpon gara-gara ada pengumuman di TV bahwa ada pemenang lotere yang tidak mengambil hadiahnya.
Ketika Clarence memeriksa tiketnya, ternyata dia pemenangnya. Tapi dia hanya punya waktu 45 menit karena batas waktunya adalah jam 12 tengah malam hari itu. Jadi Clarence memutuskan untuk menunggu besok pagi untuk pergi ke kantor lotere.
Masalahnya besoknya itu hari libur, sehingga Clarence baru bisa ke sana lusanya. Ternyata dia dianggap sudah terlambat 2 hari dan tidak mendapat hadiahnya. Clarence tidak menyerah. Dia menggugat ke DPRD dan ke pengadilan. Permintaannya ditolak. Clarence terus berjuang untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya. 19 tahun kemudian, pada bulan Februari 2015, kasusnya disidangkan lagi. Clarence kembali kalah.
Bagaimana rasanya menjadi Clarence? Sakit sekali. Sungguh tidak gampang kehilangan sesuatu yang sangat berarti buat kita dan menurut kita, adalah hak kita. Seperti kisah Abraham dan anaknya, Ishak.
Abraham menanti-nantikan anak. Bukan anak sembarang anak, tetapi anak yang dijanjikan sendiri oleh Tuhan. Akhirnya setelah penantian selama berpuluh-puluh tahun, anak itu lahir, diberi nama Ishak karena anak itu membuat orang tuanya tertawa senang (Ishak artinya tertawa). Sekarang Abraham lega karena sudah memiliki ahli waris atas harta jasmani dan harta rohaninya (panggilan Tuhan atas hidupnya dan hidup keturunannya).
Lalu datanglah perintah itu. "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Abraham menghadapi ujian yang paling berat dalam perjalanannya mengiring Tuhan: mengorbankan anak tunggalnya. Dia harus belajar yang namanya ‘let go’.
Tuhan sebenarnya cukup berkata: “Ambillah anakmu Ishak, dan persembahkanlah dia.” Tetapi perhatikan apa kata Tuhan: Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak,
Anakmu, bukan budakmu, bukan pembantumu…
Bukan hanya anakmu, tapi anakmu yang tunggal, satu-satunya… tidak ada yang lain yang bisa menggantikan dia… paling berharga… yang engkau kasihi… bukan yang engkau benci… yakni Ishak, sukacitamu dan kebanggaanmu, penerusmu…
Tuhan itu berbicara demikian kepada Abraham melalui kata-kata ini: Aku tahu benar apa yang Aku minta dari kamu. Aku tidak meminta sesuatu yang enteng dari kamu. Aku tidak minta sesuatu yang tidak berharga dari kamu. Sebaliknya, Aku meminta sesuatu yang berat bahkan paling berat. Aku minta milikmu satu-satunya dan yang kamu sayangi… Aku minta anak kamu…
Abraham dikasih tahu oleh Tuhan bahwa Tuhan mengerti apa yang Dia minta dari Abraham.
Abraham sudah diminta meninggalkan masa lalunya, sekarang dia disuruh melepaskan masa depannya.
Sdr sekalian, ketika Tuhan meminta sesuatu kepada kita, Dia tidak akan minta yang enteng-enteng… Dia tidak akan minta yang setengah berat. Dia akan minta yang paling berat yang saudara bisa kasih… Ishak, anak mujijat…
Dia tidak akan minta yang tidak berharga… Dia tidak akan minta yang setengah berharga… Dia akan minta yang PALING BERHARGA…
Akankah sdr memiliki iman seperti Abraham untuk berani ‘let go’ dan berkata: “Semua yang aku miliki dalam hidup ini adalah pemberian-Mu ya Tuhan. Silahkan ambil apa yang Tuhan mau ambil.”?
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.