Bukan hanya gigi dan rambut yang palsu pada jaman ini. Dari obat, ijasah, makanan sampai kepada tas juga dipalsukan.
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini. Efek berita palsu bisa beraneka ragam, dari yang paling ringan seperti bikin orang kaget, sampai kepada yang paling berat bikin orang mati.
Memang berita palsu sudah ada dari jaman dulu, seperti injil palsu yang sudah ada dari jaman gereja mula-mula. Tetapi berita palsu menemukan mesin turbo pada medsos, yang jumlah pemakainya sudah mencapai 3.5 milyar manusia, hampir 1/2 penduduk dunia.
Sesuai dengan namanya, medsos dibuat supaya orang bisa bersosialisasi dalam satu media khusus, seperti Twitter, Facebook, Instagram, Linkedin, Whatsapp (melalui Whatsapp group) dan lain-lain. Ketika pertama kali diluncurkan, tujuan medsos seperti Friendster, My Space dan Facebook dll adalah supaya para anggotanya bisa bertukar info dan foto. Melalui medsos sekelompok orang bisa saling berhubungan tanpa dihalangi jarak. Tetapi terjadi suatu perubahan yang tak terduga.
Pada tahun 2009, Twitter membuat satu tombol yang mengubahkan dunia medsos. Tombol itu namanya Retweet. Pimpinan team yang merancang tombol ‘retweet’, Chris Wetherell, tidak menyadari bahaya besar yang akan muncul dari tombol itu. Chris belakangan menyesali penemuannya dan berkata bahwa menambahkan tombol ‘Retweet’ adalah seperti memberikan pistol penuh peluru kepada anak umur 4 tahun. ‘Retweet’ memungkinkan pemakai Twitter mencuit ulang satu cuitan (tweet) orang lain. Memang tanpa tombol inipun, pemakai Twitter bisa mencuit ulang, tetapi prosesnya lebih panjang. Kalau dulu, orang harus copy paste dulu. Proses ini membuat orang bisa melihat ulang apa yang akan dia cuit. Dia jadi bisa mempertimbangkan cuitannya dan akibatnya. Melalui tombol ‘retweet’, pemakai Twitter hanya perlu tekan satu tombol untuk mencuit ulang. Ini membuat proses mencuit ulang ini menjadi sangat amat gampang dan berlangsung seketika tanpa pemikiran matang.
Hal ini memunculkan satu kata yang sekarang jadi makanan kita sehari-hari: viral. Tombol ‘retweet’ membuat satu cuitan jadi ‘viral’. Pada thn 2012 Facebook membuat tombol ‘retweet’ versi Facebook. Nama tombol itu juga sekarang menjadi bahasa kita sehari-hari: Share. Di Whatsapp tombol ini namanya ‘forward’.
Maka terjadilah gelombang ‘retweet’, ‘forward’, dan ‘share’ yang menghasilkan tsunami yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun, termasuk Facebook dan Twitter dan medsos lain. Whatsapp mencoba mengurangi hal ini dengan membatasi jumlah ‘forward’ tetapi tidak berani menghilangkan fitur ini.
Ketika para peneliti menyelidiki fenomena ini, mereka menemukan sesuatu yang menakutkan. Ternyata berita yang paling banyak dicuit ulang (retweet), di-share dan di-forward adalah berita yang sifatnya memicu emosi, yaitu berita yang heboh, menakutkan (mengancam), membuat marah atau benci. Berita-berita demikian dibaca dan cenderung langsung dibagikan oleh para pemakai medsos, TANPA memeriksa dulu apakah berita itu benar atau tidak.
Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa orang jahat atau sakit jiwa. Mereka membuat konten palsu yang isinya membangkitkan emosi. Maka terjadilah pembunuhan, perusakan, anianya yang dipicu oleh emosi yang dibangkitkan oleh berita palsu via medsos.
Medsos memberikan panggung kepada semua orang. Dulu hanya orang tertentu yang bisa bicara dan dimuat di media. Sekarang semua orang bisa bicara dan muncul di media, termasuk orang ‘gila’, orang ‘sakit’ dan orang-orangan (robot). Orang-orang yang dulunya pendapatnya hanya dipendam sendiri sekarang membagikannya di medsos. Ketika ada yang me’like’ posting itu, apalagi membagikan posting itu, orang-orang ini merasa diri ‘eksis’ dan merasa diri hebat. Mereka tambah berani dengan posting-posting provokatif yang memancing emosi.
Maka komplitlah perubahan dan pergolakan dunia karena medsos. Kebencian menjadi tanda jaman ini, dipicu oleh berita palsu atau setengah palsu di medsos yang diviralkan.
Ini sudah diketahui oleh Tuhan Yesus 2000 tahun lalu ketika Dia berkata di Mat 24:12: 12 Because of the increase of wickedness, the love of most will grow cold, (Karena meningkatnya kejahatan, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin,) (NIV) Apa respons kita sebagai orang Kristen?
Medsos adalah seperti pisau. Dia bisa dipakai untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Pastikan sdr memakai medsos untuk tujuan kebaikan.
Maka pedoman bermedsos dengan baik adalah: 1. Jangan sembarang membagikan berita, terutama yang bisa memancing emosi, bernada protes, marah atau yang sensasional. Berpikirlah sebelum anda bagikan berita-berita ini. 2. Jangan membagikan berita yang sdr tidak yakin bahwa itu benar. Ini termasuk berita soal kesehatan yang tidak jelas. Contoh: meminum air kencing ikan hiu bisa menyembuhkan pasien virus corona. 3. Bagikan berita yang positif dan membangun, seperti renungan dan ayat firman Tuhan.
“Kamu adalah garam dunia… Kamu adalah terang dunia…”
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.