Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (Kej 8:22)
Musim panas berhenti datang pada tahun 1816. Pada bulan Juni tahun itu, salju justru turun di New York dan beberapa daerah lain. Tiongkok, Eropa mengalami fenomena yang sama. Musim panas, yang selama ini setia datang, mendadak absen. Panen gagal, tanaman rusak, pertanian terhenti, karena cuaca dingin sekali. Penyebabnya? Gunung Tambora meletus pada tahun 1815. Abunya terbang ke seluruh dunia dan menghalangi sinar matahari. Cuaca baru kembali normal tahun berikutnya.
Musim adalah sesuatu yang niscaya terjadi, termasuk pergantian musim, seperti dinyatakan dalam kutipan Kej 8:22 di atas. Barangkali ini tidak terlalu terasa bagi kita yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Di negara kita ini, musim hanya ada dua: musim hujan dan musim kemarau. Tapi dari segi suhu, sebenarnya antara 2 musim ini tidak ada perbedaan, sama-sama panas. Tidak banyak beda kecuali bagi pedagang payung dan jas hujan.
Di negara 4 musim, pergantian musim adalah perubahan besar. Terasa sekali beda antara musim panas dan musim dingin, musim semi dan musim gugur. Perubahan musim menuntut perubahan dalam banyak hal: makanan berubah; baju berubah; kebiasaan berubah dll.
Sejarah juga ada musim. Kebudayaan datang dan silih berganti menguasai dunia. Ada masa di mana Yunani menguasai dunia; ada masa Roma; ada masa Inggris, dan sekarang masa Amerika. Hidup juga ada musim. Ada masa kita masih anak kecil, lalu remaja, lalu menikah, lalu punya anak dan menjadi tua. Semua musim ini menuntut perubahan dalam banyak hal. Kerohanian juga demikian. Ada masa Perjanjian Lama, yang kemudian berlalu dan digantikan dengan Perjanjian Baru.
Gereja sendiri mengalami perubahan musim: pencurahan Roh Kudus, jaman gereja mula mula, reformasi gereja, Pentakosta modern dan seterusnya. Dari sisi individu, hidup kita juga menjalani perubahan musim. Perubahan terbesar adalah ketika kita, oleh anugerah Allah, menjadikan Kristus sebagai Tuhan atas hidup kita. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, kata Rasul Paulus di 2 Kor, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Hari ini, GBI Putera genap berusia 11 tahun. Gereja ini ditahbiskan pada hari Minggu 30 Maret 2008. Sebagai gereja, GBI Putera juga menjalani musim-musim. Musim pertama adalah ketika gereja ini ada di Gedung Putera. Ini adalah musim atau masa ketaatan. Ketaatan kita diuji di gedung tersebut. Musim ini berlangsung 2 tahun. Lalu musim berganti. Kita pindah ke Wisma Achilles. Ini adalah periode pemantapan. Kita ada di sini 9 tahun.
Sekarang musim sudah berganti lagi untuk gereja ini. Dari mana kita tahu musim sudah berganti? Kan kita tidak pindah gedung? Memang kita tidak pindah gedung, tapi kita tahu musim sudah berganti karena ada pernyataan dari minimal 2 orang hamba Tuhan.
Yang pertama adalah Pdt Tommy Simanjuntak. Pada tgl 21 Oktober, beliau membawakan Firman Tuhan di GBI Putera. Salah satu hal pertama yang disampaikan pak Tommy adalah bahwa gereja ini sedang memasuki musim yang baru. Saya berdoa pada hari Jumat tgl 26 Okt 2018 supaya Tuhan memberikan peneguhan atas pernyataan ini. Saya meminta Tuhan, kalau benar gereja ini sedang memasuki musim yang baru, supaya Tuhan membuat pembicara hari Minggu tgl 28 Okt, Pastor Mil, mengucapkan kata-kata yang sama ‘musim yang baru’. Ternyata itu terjadi. Pastor Mil mengucapkan kata-kata yang persis ‘musim yang baru’. Jadi, sah sudah pewahyuan ini kita terima: GBI Putera sedang memasuki musim yang baru. Tuhan sudah bergerak. Mau tidak mau kita harus ikut bergerak. Memang pergantian musim tidak selalu drastis; terkadang sesudah agak lama baru kita merasakan perubahan ini.
Apa yang harus kita perbuat dalam memasuki musim yang baru ini?
1. Tinggalkan hal tertentu – ada 3: a. Zona nyaman yang membuat kita terlena dan tertidur. b. Tradisi bergereja yang sudah terjadi 11 tahun ini yang sudah harus kita tinggalkan. c. Kebiasaan-kebiasaan secara jemaat dan individu yang tidak cocok di musim yang baru.
2. Mengembangkan sikap tertentu: a. Sikap dewasa – bukan lagi anak kecil yang cengeng. b. Tahan banting – musim baru memiliki tantangan-tantangan baru yang menuntut kita untuk bekerja keras. c. Terbuka untuk hal-hal baru yang Tuhan bukakan untuk kita.
Musim baru memunculkan berkat baru, buah-buah jenis baru, tanaman-tanaman baru, tuaian-tuaian baru yang kita akan nikmati; asal kita bisa memasuki musim ini dengan persiapan yang baik. Mari kita bergerak maju sebagai satu jemaat, satu tubuh Kristus, memasuki musim baru ini!
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.