Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,… (Pkh 3:2)
Bayangkanlah sdr pergi ke satu negara yang jaraknya puluhan ribu kilometer dari tempat saudara. Setelah terbang 17 jam, saudara tiba di satu kota yang cantik. Ada laut, ada danau, ada gunung. Tiga hal yang biasanya orang cari. Di kota itu ada perusahaan-perusahaan terbesar di dunia. Di kota itu juga tinggal 2 orang paling kaya sedunia.
Nah, bayangkanlah setelah menempuh perjalanan jauh begini, tiba di kota seperti ini, lalu saudara mengunjungi kuburan!
Begitulah pikiran saya ketika berdiri sambil menggigil kedinginan di depan kuburan Bruce Lee di kota Seattle. Ngapain gue kesini?? Tuan rumah saya yang super baik, bpk Pdt Herry Darmono, membawa saya keliling kota, lalu menawarkan apakah saya mau melihat kuburan Bruce Lee. Kami ada waktu sekitar 30-40 menit. Begitulah ceritanya. Di sebelah kuburan Bruce Lee ada kuburan putera tunggalnya, Brandon Lee, yang juga seorang aktor terkenal. Sang ayah meninggal umur 32 tahun, anaknya 28 tahun. Bapaknya meninggal karena sakit, anaknya meninggal bunuh diri. Muda. Terkenal. Kaya. Tragis.
Menjelang saya pulang ke Jakarta, ada berita Kobe Bryant meninggal bersama putri sulungnya dalam kecelakaan helikopter. Sang ayah meninggal pada umur 41 tahun, anaknya 13 tahun. Muda. Terkenal. Kaya. Tragis.
Nama-nama besar datang dan pergi. Sering kali mendadak. Dan bikin heboh. Hidup sering memberikan tikungan tajam tak terduga. Beberapa orang terhenti di situ, tidak melanjutkan perjalanan.
Tapi tidak hanya nama-nama besar yang datang dan pergi, yang ‘tanpa nama’ pun akan pergi. Sementara artikel ini ditulis, sudah puluhan orang meninggal karena virus dari Wuhan. Kita tidak tahu siapa nama-nama mereka.
Semua orang akan pergi. Pertanyaannya bukanlah siapa saja yang akan pergi. Pertanyaannya adalah: siapkah anda ketika harus pergi?
Beberapa orang mendapat anugerah. Mereka tahu kapan mereka akan pergi. Inilah orang-orang yang menderita penyakit seperti kanker.
Ketika saya memakai kata ‘anugerah’, saya tidak mengatakan kita harus mengucap syukur kalau kena penyakit fatal. Bukan begitu. Tetapi, semua orang akan pergi. Sesehat-sehatnya seseorang, sehebat-hebatnya seseorang, sekaya-kayanya seseorang, sepintar-pintarnya seseorang, suatu hari dia harus pergi. Dia mungkin tidak mau, dia mungkin melawan, dia mungkin tidak siap, dia mungkin tidak sadar, tetapi dia tetap harus pergi.
Saya memakai kata ‘anugerah’ karena inilah kata yang dipakai oleh seseorang bernama Eugene O’Kelly, CEO dari perusahaan KPMG. Dia mengarang buku berjudul ‘Chasing Daylight’ yang menggambarkan kehidupannya setelah didiagnosa terkena penyakit kanker otak pada umur 53 tahun. Dia memulai bukunya dengan kata-kata ini: “ I was blessed. I was told I had three months to live.” (Saya diberkati. Saya diberitahu bahwa saya punya masa hidup 3 bulan.)
Bagaimana mungkin kematian adalah berkat? Manusia dimana-mana berusaha hidup panjang dan menghindari kematian.
Karena kematian adalah realita puncak. Orang boleh menyangkal. Orang boleh berpura-pura. Tetapi ketika berhadapan dengan kematian, seseorang akan dipaksa untuk menanggalkan topeng dan membuka mata. Kematian memiliki kekuatan untuk memaksa manusia melihat kehidupannya secara apa adanya. Anda hidup benar atau ngaco. Anda hidup jadi berkat atau jadi beban. Anda tenang atau takut. Kematian memaksa kita untuk mengaca. Dalam hal ini, kematian adalah berkat.
Saudara dan saya sedang menuju kematian. Semakin hari kita semakin dekat. Semakin hari waktu kita semakin sedikit. Apa yang anda akan lakukan dengan waktu tersisa ini?
Perbanyak jalan-jalan? Mumpung masih kuat… Perbanyak pesta-pesta? Mumpung masih hidup… Apa yang penting dalam hidup ini?
Ketika anda tahu kapan anda akan pergi, hidup anda berubah. Apa yang penting dalam hidup ini berubah. Saudara tahu tidak apa yang penting dalam hidup ini? Hidupmu sesudah kematian. Kekekalan.
Sudahkah saudara cukup mempersiapkan diri untuk kekekalan? Kalau tidak, masih ada waktu. Manfaatkan sisa waktu yang ada, supaya ketika kematian datang, saudara akan menyambut dia dengan tenang.
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.
CONTACT INFO
Alamat sekertariat: Ruko Wallstreet Blok B no 78, Green Lake City, Cipondoh, Tangerang