Kisah anak yang hilang di Lukas 15 adalah salah satu cerita terindah di Alkitab. Ini kisah tentang kebebalan manusia dan kemurahan Bapa di surga. Anak bungsu ini meminta harta warisan pada saat papanya masih hidup, lalu menghabiskan harta itu dan akhirnya dia berakhir di kandang babi sebagai penjaga babi.
Sering kali kita baru sadar akan keadaan kita setelah kita terpuruk di kandang babi. Sebelum kandang babi, ada rumah papa. Di situ kita jadi anak raja. Semua serba enak, serba ada, serba tersedia. Kita tinggal teriak dan puluhan pembantu langsung siaga. Sebelum kandang babi, ada negeri yang jauh, dengan hotel bintang lima, restoran mewah, pesta pora bersama teman-teman baru.
Sebelum kandang babi, ada jas Armani, dasi Gucci dan sepatu Tarjadi. Semuanya ‘ori’. Sebelum kandang babi, kita terlena dan lupa. Semuanya serba indah, hidup sungguh bahagia. Kita lupa akan papa, lupa akan kakak, lupa akan doa, dan akhirnya kita lupa akan Dia.
Sampai satu ketika, kantong kita akhirnya bolong, dan rekening kitapun kosong. Seharusnya di situ kita sudah sadar dan segera berbalik arah. Tapi kita terus meluncur ke bawah.
Lalu krisis menerpa, dan teman-teman kita satu persatu menghilang tanpa kata. Seharusnya di situ kita sudah sadar dan segera berbalik arah. Tapi kita sudah terlanjur di bawah.
Kandang babi akhirnya menyapa. Masalah yang tidak pernah kita duga mendatangi kita. Pembaca, kandang babi adalah pembuka mata. Di kandang babi, si anak bungsu itu akhirnya sadar akan keadaannya yang begitu parah. Bagi orang Yahudi, babi adalah binatang haram. Tetapi anak bungsu ini terpaksa tiap hari mengurus babi, memberi makan babi. Sebagai seorang Yahudi, ini benar-benar menghina. Sebagai anak orang kaya yang terbiasa hidup mewah, ini yang namanya terpuruk sedalam-dalamnya.
Dulu bangun jam 10 jam 11. Sekarang, sebelum hari terang, dia sudah harus siaga di kandang. Dulu tidak pernah pegang sapu sekalipun, sekarang dia harus memegang sikat dan ember untuk membersihkan kandang babi.
Saking laparnya, dia sampai mau makan makanan babi, tetapi tidak diperbolehkan. Rupanya dia sudah dianggap lebih rendah dari babi. Apa yang babi boleh makan tidak boleh dia sentuh. Hidup sungguh kejam. Tetapi kalau tidak demikian, dia mungkin tidak akan pulang. Di kandang itu, dia sadar dia sudah terpuruk dan jauh dari rumah papa. Sekarang dia rindu akan rumah papa.
Manusia suka merasa dirinya kuat. Dan ingin dilihat sebagai orang yang kuat. Maka diperlukan suatu situasi yang benar-benar buruk untuk membuat kita sadar dan berhenti memakai topeng. Anak bungsu ini sudah tidak bisa mengelak lagi. Dia harus menghadapi kenyataan pahit. Uang sudah habis, teman sudah hilang, hanya ada satu jalan: pulang.
Tetapi pulang juga tidak gampang. Ketika dia melangkah kembali ke rumah, ribuan pertanyaan berseliweran di benaknya: apa yang akan terjadi? apakah papa akan terima saya kembali? Bagaimana dengan si kakak? Apa kata orang kampung? Bagaimana reaksi pelayan di rumah?
Pada jaman itu, menurut Kenneth Bailey dalam bukunya ‘The Cross and the Prodigal’, apabila seseorang menghabiskan hartanya di kalangan orang non-Yahudi dan dia pulang ke kampung dalam keadaan miskin, maka orang kampung akan melakukan upacara yang namanya ‘kezazah’.
Orang itu akan di hadapkan ke pada semua penduduk desa, lalu sebuah belanga tembikar akan dipecahkan di hadapan orang itu, lalu penduduk berkata, “Mulai sekarang kamu terputus dari kaummu.” Orang itu tidak boleh masuk kampung lagi dan dia tidak boleh lagi dianggap sebagai saudara oleh keluarganya. Seperti belanga pecah tidak bisa dikembalikan, demikian juga hubungan yang rusak dianggap tidak bisa dipulihkan.
Maka diperlukan keberanian yang sangat besar untuk anak bungsu itu pulang. Berani menghadapi makian dan cacian. Berani menghadapi penduduk yang jelas-jelas akan menolak dia dan memaksa keluarganya ikut menolak dia. Tetapi dia tidak ada jalan lain.
Selain keberanian, anak ini harus memiliki kerendahan hati, yang semula tidak dia miliki. Dari mana dia mendapatkan kerendahan hati itu? Dari kandang babi! Kandang mati membukakan mata sekaligus mengajarkan kerendahan hati. Anak bungsu itu pulang disambut dengan pelukan dan ciuman papanya. Bahkan pesta besar diadakan untuk anak yang hilang tetapi sudah kembali itu.
Apa kandang babi saudara? Jangan terpuruk di kandang babi. Ambil pelajaran dari kandang babi, rendahkan dirimu dan pulanglah. Kembalilah kepada jalan Tuhan. Pesta sudah menanti.
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.
CONTACT INFO
Alamat sekertariat: Ruko Wallstreet Blok B no 78, Green Lake City, Cipondoh, Tangerang